10 Agustus 2012

Belajar Politik


Seorang anak lelaki tiba-tiba bertanya kepada ayahnya: "Ayah, apa yang dimaksud dengan politik?"
Sang ayah menjawab dengan membuat perumpamaan: "Mari kita lihat contoh dalam keluarga kita. Saya sebagai ayah memiliki semua uang, sehingga disebut investor. Mama menerima sebagian besar uang tersebut, sehingga kita menyebutnya pemerintah. Lalu pembantu di rumah kita, bisa disamakan dengan orang-orang di kelas pekerja. Kamu sendiri sebagai anak maupun adikmu bisa dianggap sebagai rakyat. Apakah sudah mengerti mengenai dasar politik?"
Si anak menjawab: "Saya masih belum mengerti."
Sang ayah memberitahu: "Coba kamu renungkan baik-baik perumpamaan ayah tadi! Besok ayah akan tanya lagi apakah kamu sudah bisa mengerti tentang politik."
Malam itu, sang anak terbangun karena adiknya yang masih bayi menangis. Dia segera keluar untuk mencari popok bagi adiknya. Dia berusaha membangunkan ibunya, tapi sang ibu tertidur lelap tanpa bisa dibangunkan.
Dia mencoba pergi ke kamar pembantu, tapi dia melihat si pembantu sedang berhubungan seks dengan ayahnya, sehingga dia tidak berani masuk.
Keesokannya, ketika bertemu ayahnya, si anak berkata: "Ayah, saya sudah tahu apa artinya politik!"
Sang ayah sangat gembira karena perumpamaannya mudah dicerna si anak, dan berkata: "Bagus anakku. Coba kamu jelaskan dengan kata-katamu sendiri."
"Begini Ayah, politik itu adalah ketika para Investor meniduri kelas Pekerja, sedangkan Pemerintah tertidur lelap dan Rakyat diabaikan dan masa depan berada dalam kondisi yang menyedihkan." jawab si anak dengan polosnya.

Bung Karno tentang Pancasila

Saya bukanlah pencipta Pancasila, saya bukanlah pembuat Pancasila. Apa yang saya kerjakan tempo hari, ialah sekadar memformuleer perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat dengan beberapa kata-kata, yang saya namakan “Pancasila”. Saya tidak merasa membuat Pancasila. Dan salah sekali jika ada orang mengatakan bahwa Pancasila itu buatan Soekarno, bahwa Pancasila itu buatan manusia. Saya tidak membuatnya, saya tidak menciptakannya. Jadi apakah Pancasila buatan Tuhan, itu lain pertanyaan.

Aku bertanya. Aku melihat daun daripada pohon itu hijau. Nyata hidau itu bukan buatanku, bukan buatan manusia. Apakah warna hijau daripada daun itu dus buatan Tuhan? Terserah kepada saudara-saudara untuk menjawabnya. Aku sekedar konstateren, menetapkan dengan kata-kata satu keadaan.
Di dalam salah satu amanat yang saya ucapkan dihadapan resepsi para penderita cacat beberapa pekan yang lalu, saya berkata bahwa saya sekedar menggali di dalam bumi Indonesia dan  mendapatkan lima berlian, dan lima berlian inilah saya anggap dapat menghiasi tanah air kita ini dengan cara yang seindah-indahnya. Aku bukan pembuat berlian ini: aku bukan pencipta dari berlian-berlian ini, sebagaimana aku bukan pembuat daun yang hijau itu. Padahal aku menemukan itu ada daun hijau”. Jikalau ada seseorang Saudara berkata bahwa Pancasila adalah buatan manusia, aku sekedar menjawab: “Aku tidak merasa membuat Pancasila  itu; tidak merasa menciptakan Pancasila itu”.

Aku memang manusia. Manusia dengan segala kedaifan dari pada manusia. Malahan manusia jang tidak lebih daripada saudara-saudara yang kumaksudkan itu tadi. Tetapi aku bukan pembuat Pancasila; aku bukan pencipta Pancasila. Aku sekedar memformuleerkan adanya beberapa perasaan di dalam kalangan rakyat yang kunamakan “Pancasila”. Aku menggali di dalam buminya rakyat Indonesia, dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima perasaan. Lima perasaan ini dapat dipakai sebagai mempersatu daripada bangsa Indonesia yang 80 juta ini. Dan tekanan kata memang kuletakan kepada daya pemersatu daripada Pancasila itu.
Di belakangku terbentang peta Indonesia, yang terdiri dari berpuluh-puluh pulau yang besar-besar, beratus-ratus, beribu-ribu bahkan berpuluh-puluh ribu pulau-pulau yang kecil-kecil. Di atas kepulauan yang berpuluh-puluh ribu ini adalah hidup satu bangsa 80 juta jumlahnya. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna adat istiadat. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna cara berfikir. Satu bangsa yang mempunyai aneka warna cara mencari hidup. Satu bangsa yang beraneka warna agamanya.
Bangsa jang berdiam di atas puluhan ribu pulau antara Sabang dan Merauke ini, harus kita persatukan bilamana bangsa ini ingin tergabung di dalam satu Negara jang kuat. Maksud kita yang pertama sedjak daripada zaman kita melahirkan gerakan nasional ialah mempersatukan bangsa yang 80 juta ini di dalam satu Negara yang kuat. Kuat, karena berdiri di atas kesatuan geografie, kuat pula oleh karena berdiri di atas kesatuan tekad.

Pada saat kita menghadap kemungkinan untuk mengadakan proklamasi kemerdekaan, dan alhamdulillah bagi saya pada saat itu bukan lagi kemungkinan tetapi kepastian, kita menghadapi soal bagaimana Negara hendak datang ini, kita letakan di atas dasar apa. Maka di dalam sidang daripada para pemimpin Indonesia seluruh Indonesia, difikir-fikirkan soal ini dengan cara jang sedalam-dalamnya. Di dalam sidang inilah buat pertama kali saya formuleeren apa yang kita kenal sekarang dengan perkataan “Pancasila”. Sekedar formuleren, oleh karena lima perasaan ini telah hidup berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun di dalam kalbu kita. Siapa yang memberi bangsa Indonesia akan perasaan-perasaan ini? Saya sebagai orang yang pecaya kepada Allah SWT berkata: “Sudah barang tentu yang memberikan perasaan-perasaan ini kepada bangsa Indonesia ialah Alah SWT pula”.
Sumber: Anjuranku Kepada Segenap Bangsa Indonesia

Mengapa Mahasiswa Wajib Belajar Pancasila


Landasan Pendidikan Pancasila terdapat lengkap di dalam buku “Santiaji Pancasila” karya Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. dkk. Di sini saya akan menjelaskan mengapa pendidikan Pancasila diwajibkan terdapat dalam semua jenjang mata kuliah seperti tertuang dalam Keputusan Mendiknas No.232/U/2000.
Alasan utamanya adalah adanya krisis moral yang menimpa para pemimpin Indonesia dimana budaya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) terjadi di semua tingkatan, mulai pejabat kecil sampai para petinggi. Apalagi dengan dengungan reformasi yang salah satu amanatnya adalah memberantas KKN. Selain memberantas KKN pada pemimpin sekarang, juga diusahakan suatu pembelajaran anti KKN terhadap para calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Siapakah para calon pemimpin bangsa yang dimaksud???
Yang paling mungkin menjadi para pemimpin bangsa tidak lain tidak bukan adalah mahasiswa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila tidak diberikan pada, sebagai contoh gelandangan, pengemis, dll karena mereka kecil kemungkinannya menjadi calon pemimpin bangsa. Jadi efektif kalo diberikan kepada mahasiswa. Lalu mengapa harus dengan pendidikan Pancasila? Karena Pancasila berisi nilai2 luhur bangsa Indonesia. Mulai sila pertama sampai sila terakhir dijiwai oleh kepribadian dan kultur masyarakat Indonesia (lihat buku Santiaji Pancasila). Meskipun Pancasila sudah diberikan sejak SD masih perlu diberikan pada mahasiswa karena pada masa mahasiswa ini mulai timbul pemikiran yang mendalam dan kritis. Oleh karena itu yang paling banyak berdemo ya mahasiswa.
Pada masa mahasiswa merupakan masa rawan, yang menentukan pola pikir selanjutnya dari seorang manusia. Apalagi sekarang banyak wacana yang ingin mengubah nilai Pancasila, salah satunya adalah menjadi nilai2 Islam. Pertentangan antara yang Pancasilais dan Islam sudah berlangsung semenjak dahulu kala. Pertentangan ini timbul sama halnya antara Demokrasi dan Islam. Orang-orang ini terpaku hanya pada falsafah Islam dan non Islam padahal apakah mereka berpikir secara lebih jernih apakah nilai2 Pancasila dan demokrasi sesungguhnya terdapat dalam Islam. Jawabannya adalah ya, jadi jangan beranggapan Pancasila dan demokrasi bertentangan dengan Islam. Mereka sama2 mengandung nilai baik hanya bedanya Islam mencakup seluruhnya sedangkan Pancasila dan demokrasi mencakup satu bidang tertentu saja. Jadi jangan karena istilahnya tidak islami maka dikatakan bertentangan. Ayolah kawan jangan mempertentangkan masalah ini lagi.
Kalau bukan generasi muda yang melestarikan Pancasila ya siapa lagi, jangan takut dibilangin kuno kalo belajar Pancasila. Karena dengan belajar dan mengamalkan Pancasila kita termasuk beribadah, karena isi Pancasila ya bertujuan agar manusia menjadi baik. So semangat buat para pengajar Pancasila, biarpun sering dibilangin pelajaran ga penting, yang penting engkau sebagai ujung tombak pelestarian Pancasila. Yang juga penting kalo ga lulus Pancasila, meskipun pelajaran lain dapat A tetep ga diwisuda.